Site icon

Kajian kitab AL GHUNYAH | nama Kewalian – BUYA DR ARRAZY HASYIM, MA

🔴 KAJIAN KITAB AL GHUNYAH | NAMA KEWALIAN - BUYA DR  ARRAZY HASYIM, MA

Dalam sebuah refleksi yang mendalam, Buya Arrazy mengungkapkan perjalanan spiritualnya yang penuh dengan kesadaran dan penyesalan. “Banyak gitu, lafadz ratusan ya?” ujarnya, mengisyaratkan betapa sulitnya memahami teks yang dibaca dengan kesombongan. Ia mengakui, “Saya merasa alim, saya merasa pintar,” namun pada akhirnya, ia menyadari bahwa pemahaman yang mendalam hanya bisa dicapai dengan ketenangan dan kerendahan hati.

Dalam perjalanan spiritual ini, Buya Arrazy merenungkan kembali pengalaman-pengalaman yang membentuknya. Ia teringat akan tradisi di pesantren yang mengharuskan setiap santri untuk membaca kitab dengan mengirimkan doa Fathah terlebih dahulu. “Ini lupa, karena bernafsu mau baca kitab,” katanya, menekankan pentingnya niat yang tulus dalam setiap langkah. Kesadaran ini membawa Buya Arrazy untuk beristighfar, memohon ampunan atas keegoisan dan kesombongan yang menghalangi pemahaman sejatinya.

Melalui zikir, ia menemukan ketenangan yang selama ini dicari. “Kalau orang zikir hatinya tenang, ambisi berkurang,” ujarnya, menekankan bahwa ketergesaan dalam mengambil keputusan sering kali dipengaruhi oleh godaan syaitan. Dalam konteks ini, ia merujuk pada kitab “Adab il Muridin,” yang mengajarkan adab bagi para murid, termasuk pentingnya kesadaran akan sifat-sifat zuhud dan keikhlasan. Penulis mengajak para pendengar untuk merenungkan kembali adab dan etika dalam menuntut ilmu, serta bagaimana sikap hati yang benar dapat mempengaruhi pemahaman.

Ia menceritakan tentang seorang murid yang telah khatam membaca “La ilaha illallah” sebanyak 70 ribu kali, menandakan betapa Allah ingin memuliakannya. “Biasanya kalau berhasil, tambah hina dirinya,” ungkapnya, menekankan bahwa semakin banyak zikir yang dilakukan, seharusnya semakin menambah rasa syukur, bukan kesombongan. Dalam hal ini, Buya Arrazy mengajak kita untuk merenungkan makna dari kesuksesan spiritual. Apakah kita semakin mendekat kepada Allah, atau justru terjebak dalam kesombongan yang menyesatkan?

Dalam penjelasannya, ia menggarisbawahi bahwa para wali dan abdal adalah orang-orang terpilih yang memiliki kedudukan tinggi di sisi Allah. “Kalau ada yang ngaku Nabi, berarti bukan Khidir,” tegasnya, mengingatkan bahwa dalam perjalanan spiritual, penting untuk tetap berpegang pada akidah yang benar. Penulis menekankan bahwa perjalanan menuju Allah bukanlah tentang pencarian status atau pengakuan, melainkan tentang keikhlasan dan ketulusan hati.

Ia juga menyoroti pentingnya niat dan kehendak luhur dalam menempuh jalan mengenal Allah. “Murid itu orang yang punya iradah,” jelasnya, menekankan bahwa keinginan untuk mengenal Allah harus disertai dengan tindakan nyata. “Murid berkanda apa? Bangkitnya kolbu dalam mencari ma’rifatullah,” ujarnya, mengajak para pendengar untuk merenungkan perjalanan spiritual mereka masing-masing. Dalam konteks ini, Buya Arrazy mengajak kita untuk tidak hanya menjadi pendengar, tetapi juga pelaku dalam perjalanan spiritual ini.

Dengan penuh semangat, ia mengajak semua untuk tidak hanya menjadi murid, tetapi juga berusaha menjadi murad, yaitu orang yang dicintai Allah. “Inilah awal laduni,” katanya, menandakan bahwa perjalanan spiritual ini adalah proses yang berkelanjutan, di mana setiap individu harus terus berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah. Penulis menekankan bahwa setiap langkah yang diambil dalam perjalanan ini harus dilandasi dengan keikhlasan dan ketulusan hati.

Akhirnya, ia menutup refleksinya dengan harapan agar setiap orang yang mendengarkan dapat memahami makna sejati dari perjalanan spiritual ini. “Semoga kita semua dimasukkan ke dalam golongan hamba-hamba yang dicintai Allah,” ujarnya dengan penuh harapan. “Bismillahirrahmanirrahim,” katanya, mengawali langkah baru dalam pencarian spiritual yang lebih dalam. Dalam penutupnya, Buya Arrazy mengajak kita untuk terus berdoa dan berusaha, agar setiap langkah yang kita ambil dalam hidup ini senantiasa berada dalam ridha Allah, dan semoga kita semua dapat merasakan kedamaian dan kebahagiaan yang hakiki dalam perjalanan menuju-Nya.





Exit mobile version