Site icon

Kisah Tsa’labah bin Hathib kisah yang penuh pelajaran

Sebuah  Harapan berakhir Penolakan
Dalam khazanah sejarah Islam, nama Tsa’labah bin Hathib terukir sebagai salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang memiliki kisah penuh pelajaran. Dikenal sebagai sosok yang taat beribadah, Tsa’labah adalah seorang hamba yang rajin melaksanakan sholat dan selalu hadir dalam majelis Rasulullah. Namun, di balik ketekunannya, terdapat sebuah kisah yang menggugah: zakatnya ditolak oleh Allah SWT.

Kehidupan yang Sederhana
Tsa’labah bin Hathib hidup dalam keadaan yang serba kekurangan. Dalam buku “Lembaran Kisah Mutiara Hikmah” karya Dian Erwanto, diceritakan bahwa ia dan istrinya sering kali berbagi selembar pakaian. Suatu ketika, setelah menunaikan sholat, Tsa’labah terburu-buru keluar dari masjid tanpa berdoa. Nabi Muhammad SAW pun menegurnya, “Mengapa engkau bersikap seperti orang munafik yang terburu-buru keluar masjid?”

Dengan penuh rasa malu, Tsa’labah menjelaskan, “Ya Rasulallah, saya terburu-buru karena saya dan istri hanya memiliki selembar pakaian ini. Istri saya telanjang di rumah, dan saya ingin dia mengenakan pakaian ini untuk sholat.” Dalam momen itu, Tsa’labah memohon doa agar Allah memberinya harta yang melimpah. Namun, Rasulullah SAW menanggapi dengan bijak, “Wahai Tsa’labah, sesungguhnya harta yang sedikit yang disyukuri itu lebih baik daripada harta banyak yang tidak bersyukur.”

Harapan yang Tak Terpenuhi
Meski demikian, harapan Tsa’labah untuk menjadi kaya tak kunjung padam. Ia terus mendatangi Rasulullah SAW, memohon doa agar Allah melimpahkan rezeki kepadanya. Dalam sebuah pertemuan, Tsa’labah kembali meminta, “Ya Rasulullah, doakanlah kami agar Allah melimpahkan harta kepada saya.” Rasulullah, dengan penuh kebijaksanaan, menolak permintaan itu, berharap agar Tsa’labah dapat bersyukur atas rezeki yang ada.

Namun, Tsa’labah tak menyerah. Ia kembali mendesak Rasulullah, dan akhirnya, Nabi pun mendoakannya. Tak lama setelah itu, Tsa’labah menerima sepasang kambing yang berkembang biak dengan pesat, hingga seluruh kota dipenuhi oleh kambing-kambingnya. Namun, kesibukan dalam beternak membuatnya semakin jauh dari majelis dan sholat berjamaah. Perlahan, Tsa’labah hanya muncul di masjid saat sholat Jumat, hingga akhirnya ia benar-benar menghilang dari tempat ibadah.

Zakat yang Ditolak
Suatu ketika, Rasulullah SAW teringat akan Tsa’labah dan menanyakan kabarnya kepada para sahabat. Mereka menjawab bahwa Tsa’labah kini sibuk dengan kambing-kambingnya. Rasulullah pun mengucapkan, “Celakalah Tsa’labah.” Ketika Allah memerintahkan zakat, dua utusan diutus untuk memungut zakat dari Tsa’labah. Namun, saat mereka meminta zakat, Tsa’labah menolak dan bahkan menghina mereka, menyebutnya sebagai upeti.

Kemudian Allah menurunkan wahyu yang dijelaskan dalam Al-Qur’an surat At Taubah ayat 75-76:

وَمِنْهُم مَّنْ عَٰهَدَ ٱللَّهَ لَئِنْ ءَاتَىٰنَا مِن فَضْلِهِۦ لَنَصَّدَّقَنَّ وَلَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ
فَلَمَّآ ءَاتَىٰهُم مِّن فَضْلِهِۦ بَخِلُوا۟ بِهِۦ وَتَوَلَّوا۟ وَّهُم مُّعْرِضُونَ

Artinya: Dan diantara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: “Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh. Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran).”

Tsa’labah yang mendengar kabar ini segera bergegas menemui Rasulullah SAW dengan membawa zakatnya. Namun, Nabi menolak untuk menerimanya, menyatakan bahwa Allah telah melarangnya.
Dalam penyesalan yang mendalam, Tsa’labah menaburkan tanah di kepalanya. Rasulullah SAW menegaskan bahwa penolakan itu adalah akibat dari perbuatannya sendiri.

Penolakan yang Berlanjut
Setelah wafatnya Rasulullah, Tsa’labah mendatangi Sayyidina Abu Bakar, berharap zakatnya diterima. Namun, Abu Bakar menolak, mengingat bahwa Rasulullah tidak menerima zakatnya. Begitu pula saat Tsa’labah mendatangi Sayyidina Umar dan Sayyidina Usman, keduanya juga menolak untuk menerima zakatnya, mengikuti jejak Rasulullah dan Abu Bakar.

Kisah Tsa’labah bin Hathib menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya syukur dan kepatuhan terhadap perintah Allah. Hingga akhir hayatnya, zakat yang diharapkannya untuk diterima tetap ditolak, mengingatkan kita akan bahaya dari sifat kikir dan menjauh dari kewajiban berzakat.

Ibnu Cinangsi

Exit mobile version